MPI STAIN Madina Hadir dalam Upacara Hari Santri Nasional dengan Semangat Meneguhkan Nilai Kepesantrenan
- Kategori : Kampus
- Dibaca : 27 Kali

Panyabungan, 22 Oktober 2025 — Suasana pagi di lapangan gedung lama STAIN Mandailing Natal (STAIN Madina) dipenuhi semangat para civitas akademika yang datang mengenakan busana bernuansa putih dan pakaian sarung. Puluhan mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan berkumpul untuk mengikuti Upacara Peringatan Hari Santri Nasional 2025, yang berlangsung khidmat dan penuh makna. Di antara barisan peserta yang berdiri tegap, tampak rombongan Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) turut hadir dengan kompak, memancarkan semangat santri yang berilmu dan berjiwa pengabdian.
Peringatan Hari Santri Nasional kali ini mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia”. Tema ini sejalan dengan visi Prodi MPI yang berkomitmen membentuk lulusan berkarakter santri, memiliki kemampuan manajerial, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Melalui kehadirannya dalam upacara ini, Prodi MPI STAIN Madina ingin menegaskan bahwa semangat santri tidak hanya hidup di pesantren, tetapi juga tumbuh di kampus sebagai pusat keilmuan dan pengabdian masyarakat.
Upacara dimulai pukul 07.30 WIB dengan pengibaran bendera merah putih diiringi lagu Indonesia Raya dan mars Hari Santri. Lantunan doa dan pembacaan ikrar santri menggema di seluruh lapangan, menambah kekhusyukan suasana. Mahasiswa MPI terlihat aktif mengikuti rangkaian kegiatan dengan tertib, sebagian di antaranya bertugas sebagai pembawa acara dan petugas lapangan. Nuansa khidmat bercampur dengan rasa bangga, menandakan betapa besar penghargaan mereka terhadap perjuangan para ulama dan santri dalam membela agama dan bangsa.
Dalam kesempatan itu, Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Islam, Dr. Faisal Musa, M.Pd., menyampaikan rasa syukur dan haru atas keikutsertaan mahasiswa serta dosen MPI dalam kegiatan tersebut.
“Hari Santri bukan sekadar seremoni, tapi momentum spiritual untuk meneguhkan nilai-nilai keikhlasan, kedisiplinan, dan tanggung jawab yang menjadi inti dari pendidikan Islam. Mahasiswa MPI harus meneladani karakter santri yaitu belajar dengan hati, bekerja dengan niat, dan mengabdi dengan keikhlasan,” ujarnya usai upacara.
Dr. Faisal juga menambahkan bahwa semangat santri perlu diterjemahkan dalam praktik manajerial yang nyata, terutama dalam mengelola lembaga pendidikan Islam. Ia menegaskan bahwa seorang manajer pendidikan yang berjiwa santri akan selalu menjunjung tinggi nilai moral dan spiritual dalam setiap keputusan yang diambil.
“Manajemen pendidikan Islam bukan hanya soal efisiensi dan strategi, tapi juga tentang ketulusan melayani. Itulah yang membedakan santri sejati dalam dunia akademik dan profesional,” tambahnya.
Sementara itu, Sekretaris Prodi MPI, Marwah, M.Pd., turut memberikan pandangan bahwa Hari Santri menjadi momen penting bagi mahasiswa untuk merefleksikan kembali peran mereka sebagai calon pengelola pendidikan Islam.
"Santri adalah simbol pembelajar sejati. Mahasiswa MPI harus memelihara semangat itu, belajar tidak semata untuk nilai, tetapi untuk kebermanfaatan. Dengan spirit santri, kita ingin mencetak lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki empati sosial dan kepedulian terhadap umat,” tuturnya dengan penuh semangat.
Selepas upacara, rombongan Prodi MPI mengadakan foto bersama sebagai bentuk dokumentasi dan kebersamaan. Beberapa mahasiswa juga tampak melakukan wawancara singkat dengan peserta upacara lain untuk mengumpulkan bahan liputan internal prodi. Kegiatan tersebut menjadi ajang memperkuat solidaritas, menumbuhkan rasa bangga menjadi bagian dari keluarga besar santri Indonesia, sekaligus menegaskan peran Prodi MPI sebagai wadah pengkaderan intelektual muslim yang siap mengabdi untuk pendidikan Islam.
Bagi Prodi MPI STAIN Madina, momentum Hari Santri Nasional tidak hanya menjadi perayaan simbolik, tetapi juga sarana memperbaharui komitmen terhadap nilai-nilai spiritual dan akademik. Melalui semangat santri, Prodi MPI ingin terus berkontribusi dalam membangun pendidikan Islam yang bermartabat, inovatif, dan berorientasi pada kemaslahatan umat. Seperti diungkapkan oleh Dr. Faisal Musa di akhir wawancaranya, “Santri bukan hanya mereka yang berpakaian sarung dan peci, tapi setiap insan yang menjadikan ilmu sebagai jalan pengabdian. Itulah hakikat santri sejati yang ingin kita tanamkan di hati mahasiswa MPI.”



